Sekali Melangkah Pantang Menyerah, Sekali Tampil Harus Berhasil, Jiwa Ragaku Demi Kemanusiaan

Selasa, 02 September 2014

Pengukuhan dan Sertijab para Kaden dan Kasi Jajaran Satbrimob Polda Kaltim




Balikpapan – Sejalan dengan dinamika Remormasi dan Perkembangan globalisasi dewasa ini telah terjadi perubahan besar terhadap sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan, tekhnologi, informasi dan aspek lainnya. Kebijakan umum pendayagunaan Satuan Brimob Polda Kaltim mengarah pada terwujudnya birokrasi yang sistematik dan proporsional dengan didukung tersedianya pegawai/personil yang memiliki kinerja yang tinggi dan mampu melaksanakan penyelenggaraan tugas operasional.
Program Restrukturisasi organisasi Brimob Polri, bagian yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu sistem yang terintegrasi yaitu menata kembali postur kelembagaan Polri yang mencakup kelembagaan Polri yang mencakup tentang Struktur kemampuan, Struktur Kekuatan, Struktur peralatan dan Struktur Penggelaran Opeasi Kepolisian yang terpadu.Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa rotasi jabatan merupakan proses regenerasi dan promosi bagi personil Polri. Rotasi jabatan harus dimaknai secara komprehensif dan merupakan realisasi dari komitmen Polri dalam rangka penyegaran suasana kerja, dinamisasi dan meningkatkan motivasi kerja bagi para pejabat maupun bagi lingkungan kesatuan tempat yang bersangkutan ditugaskan.
Satuan Brimob Polda Kaltim kembali melaksanakan acara pengukuhan dan Serah Terima Jabatan Kaden dan Kasi jajaran Satuan Brimob hari pagi tadi (26/08), di Aula Mako Satuan Brimob. Sertijab dan pengukuhan ini dipimpin langsung oleh Kasat Brimob Polda Kaltim Kombes Pol. Drs. Subnedih, SH, adapun pejabat yang melaksanakan sertijab dan pengukuhan adalah Kaden C Pelopor Kompol Agus Suharsoyo, SIK dikukuhkan sebagai Kaden B Pelopor menggantikan Kompol Dearystone MHR Supit, SIK yang melaksanakan dik Sespim.
Sedangkan Kaden C Pelopor dijabat oleh Kompol Dieno Hendro Widodo, SIK yang sebelumnya menjabat sebagai Kasi Sarpras Satbrimob yang digantikan oleh AKP Subakri dengan jabatan lamanya sebagai Pasi Ops Den A Pelopor. Selanjutnya Kompol Esty Setyo Nugroho, SIK yang sebelumnya menjabat Kasi Intel Satbrimob menjabat sebagai Kasi Ops Satbrimob yang ditinggalkan oleh Kompol Mujianto, SIK untuk mengisi jabatan sebagai Kaden Gegana menggantikan Kompol Bambang Wiji Asmoro yang mengikuti Dik Sespim.
Dalam amanatnya, Kasat Brimob Polda Kaltim beserta jajaran dan keluarga mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada pejabat yang dikukuhkan atas segala dedikasi, integritas, kepedulian dan komitmen untuk meningkatkan kualitas kinerja dan kreatifitas untuk pengembangan Sumber Daya Satuan Brimob Polda Kaltim.
Disisi lain secara teknis organisasi melalui  penyerahan jabatan ini diharapkan akan mempermudah dalam pembinaan personil dan lebih meningkatkan operasional dalam melaksanakan tugas – tugas sebagai pelindung, pengayom, pelayan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat serta aparat penegak hukum lainnya guna menghadapi kejahatan berintensitas tinggi dan berdimensi kontijensi.
Usai upacara tersebut dilanjutkan dengan pemberian ucapan selamat oleh Kasat Brimob kepada para Pejabat yang dikukuhkan diikuti para perwira dan seluruh peserta upacara.




PERISTIWA PENARIK,MUKO-MUKO,PERTENGAHAN TAHUN 1960

PERISTIWA PENARIK,MUKO-MUKO,PERTENGAHAN TAHUN 1960



Hasil wawancara dengan mantan anggota Kompi A Brimob Rangers. Mei 2008Peristiwa pertempuran antara dua peleton pasukan dari Kompi A Brimob Rangers pimpinan Aiptu Ketut Wahadi dengan satu batalyon pemberontak PRRI/Permesta. Seperti kita ketahui, tahun 1958 muncul pemberontakan PRRI/Permesta dengan pusat di Pekanbaru dan Padang yang dimotori oleh beberapa perwira menengah Angkatan Darat di Sumatera. Inti dari pemberontakan ini adalah ketidakpuasan dengan kebijakan pemerintah pusat di Jakarta.

          Pemberontakan dalam skala besar sudah berhasil ditumpas dengan operasi Tegas dan Operasi 17 Agustus. Pada akhir tahun 1958, semua kota besar di Sumatera, baik Pekanbaru dan Padang sudah kembali ke pangkuan RI, selain itu banyak dari pasukan pemberontak yang menyerah. Namun demikian, sampai dengan tahun 1961 banyak sisa pasukan pemberontak PRRI. Salah satunya batalyon yang dipimpin Letkol Nawawi yang bergerilya di hutan pedalaman Sumatera. Batalyon ini dipersenjatai dengan senjatasenjata bantuan dari Amerika Serikat pada awal 1958. Para prajurit Infanteri Sumatera ini semuanya memegang senjata M1 Garrand, M1 Karabin (Jungle Lipat), senjata otomotatis Thompson, senjata berat mortir 60 mm dan 80 mm.

2 peleton Kompi A Brimob Rangers didaratkan di kawasan pantai Ipoh pada

bulan Mei 1960 dengan kapal pendarat milik Polairud dengan kode lambung 801. Seperti standar pendaratan operasi ampibi, pendaratan diawali dengan tembakan senapan mesin 12,7 dari kapal pendarat untuk memastikan tidak ada pemberontak yang menguasai pantai. Setelah penembakan dilakukan, baru satu kompi pasukan Brimob Rangers mendarat dengan aman. Kompi A Brimob Rangers ini dikirim ke Sumatera untuk memback up Brimob Bengkulu yang beberapa minggu sebelumnya di bantai oleh 1 batalyon Nawawi. Satu batalyon Brimob Bengkulu ini mengalami jumlah korban yang sangat besar karena serangan mendadak (raid) dari pemberontak PRRI. Markas Brimob Bengkulu ini sudah mengibarkan bendera putih tanda menyerah dan di dalam markas hanya tinggal tersisa beberapa anggota yang selamat dari serangan dadakan tersebut.
Pasca pendaratan 2 kompi Brimob Rangers melakukan konsolidasi di pantai dan langsung mengejar gerombolan pemberontak yang berlokasi di kecamatan Ipoh. Mereka kemudian bergabung dengan satu batalyon TNI AD dari Pekanbaru dibawah komando Letkol Dani Effendi. Oleh Danyon Letkol Dani Effendi, Brimob Rangers difungsikan sebagai peleton pengintai dengan jarak 5 kilometer di depan Batalyon Infanteri.
Masuk perbatasan Sumatera Selatan, peleton 1 bertemu dengan kompi terakhir Batalyon Ahmad Lubis, dan terjadi kontak senjata pertama. Anehnya, posisi peleton 1 justru mengejar satu kompi pemberontak. Pada saat hari menjelang malam, ada teriakan dari pasukan pemberontak “Istirahat makan….!!!”. Sangat aneh, pada saat kontak senjata seru, musuh menyerukan untuk istirahat dulu. Permintaan ini dituruti oleh Danton 1 Brimob Rangers karena kedua pasukan dihalangi sungai sehingga kesulitan untuk menyeberang, selain itu pasukan butuh istirahat setelah hampir beberapa hari bergerak sambil terus melakukan kontak senjata.
Pada akhirnya, peleton 1 sampai di daerah Penarik, Muko-Muko (saat ini menjadi daerah transmigran). Pada jam 17.00, Agen Polisi Ristoyo mendengar kokok ayam jantan ditengah hutan. Hal ini aneh karena biasanya yang terdengar adalah ayam hutan. Setelah melapor pada danton, dua prajurit Rangers dari peleton 1 merayap menuju arah suara tersebut, ternyata Kompi staf batalyon dan beberapa kompi lain dari pemberontak sedang beristirahat. Musuh yang beristirahat diperkirakan berjumlah 300 orang, mereka sedang menunggu giliran menyeberang sungai.
Peleton 1 segera mengambil posisi menyerang. Pada saat itu (tahun 1960) Brimob Rangers menggunakan senjata M1 karabin (jungle riffle), sub-machine gun Carl Gustav dan bren MK3. Persenjataan dan posisi pasukan dipersiapkan oleh Danton sebaik mungkin. Kemudian, danton memberikan komando,tembak….!!!maka desing peluru dari senapan anggota peleton 1 berhamburan. Pada tembakan magasin pertama, mereka masih membidik dengan baik sesuai dengan teori. Namun pada magasin kedua dan selanjutnya penembakan reaksi lebih banyak dilakukan, karena pertempuran terjadi pada jarak dekat, selain itu hari sudah malam sehingga posisi musuh hanya bisa diketahui dari bunyi tembakan balasan mereka.

Pada awal posisi pertempuran, jarak antara pasukan musuh dengan peleton 1 Brimob Rangers sekitar 300 meter, namun yang terjadi kemudian adalah pertempuran jarak dekat. Jarak antara pasukan Brimob Rangers dan musuh hanya sekitar 5-6 meter. Pertempuran yang terjadi tanpa ada garis pertahanan. Balasan dari musuh dengan berbagai senjata ringan sangat hebat, namun tampaknya mental bertempur mereka sudah jatuh karena banyak perwira yang tewas. Akhirnya setelah 1,5 jam, pertempuran usai dan musuh mundur. Peleton 1 tidak mengejar karena anggota pasukan kelelahan.

Setelah mengatur giliran jaga, anggota peleton 1 tidur di lokasi yang sebelumnya menjadi medan pertempuran.
Pagi harinya, anggota peleton 1 menghitung jumlah korban dan senjata yang ditinggalkan. Ada sekitar 60 mayat pasukan musuh dan ada sekitar 10 perwira yang tewas. Senjata yang ditinggalkan adalah puluhan M1 Garrand (pada awal 60-an senjata ini dianggap sangat canggih), mortir dan bazooka. Para anggota peleton 1 Brimob Rangers lega, karena musuh tidak sempat menggunakan senjata-senjata tersebut. Jika senjata itu digunakan ceritanya bisa lain. Agen Polisi Kartimin, terkaget-kaget karena tempat yang ditidurinya semalam dekat dengan mayat pemberontak. Dalam pertempuran ini tidak ada satu pun prajurit Brimob Rangers yang menjadi korban.
MENYUSUP KE BELAKANG GARIS PERTAHANAN MUSUH DALAM OPERASI MANDALA/TRIKORA DARI PEMBURU MENJADI YANG DIBURU
Operasi Mandala yang dipimpin oleh Mayjend Soeharto adalah sebuah operasi militer sebagai jalan terakhir menyelesaikan masalah Irian yang ditunda oleh Belanda dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949. Dalam operasi gabungan ini, semua unsur dari Angkatan Bersenjata dikerahkan. Angkatan Darat yang dimotori oleh RPKAD, Banteng Raiders dan beberapa unsur Divisi Siliwangi beserta Pasukan Gerak Tjepat (sekarang Pasukan Khas) TNI AU disusupkan dengan penerjunan ke beberapa wilayah di Irian Jaya. Pasukan Marinir disiapkan di Ambon untuk melakukan pendaratan ampibi, jika pertempuran frontal terjadi.
Pasukan Brimob dari beberapa Polda dan Resimen Pelopor menjadi bagian dari RTP 1 (Resimen Tempur) 1 yang akan disusupkan ke daerah Fak-Fak, Papua. Anggota Resimen Pelopor yang menjadi inti dari RTP 1 terdiri dari 60 orang, yang sebagian besar berasal darii Kompi A. Mereka sudah menggunakan senjata AR 15 yang dibagikan pada tahun 1961, pada saat operasi Gerakan Operasi Militer (GOM) IV di Aceh tahun 1961.
Pasukan berangkat dari Tanjung Priok Jakarta pada bulan Februari 1962. Mereka berangkat menuju Ambon yang menjadi salah satu pusat komando operasi Mandala.
Setelah sampai di Ambon, pasukan dibagi lagi menjadi detasemen-detasemen kecil. Pasukan Brimob dari beberapa Polda dipecah untuk disusupkan ke beberapa wilayah dan sebagian menjadi petugas radio dan transportasi. Petugas transportasi yang dimaksud adalah menjadi pengendali perahu motot kecil yang digunakan untuk menyusup ke wilayah lawan. Pasukan dari Resimen Pelopor tidak dipecah karena mereka memiliki misi khusus yaitu melakukan serangan demolisi (penghancuran) instalansi milik Belanda.
Sesampai di Ambon, 60 orang anggota Menpor dipindahkan ke kapal nelayan untuk berangkat ke Pulau Gorom di kawasan Kepulauan Kei. Maluku. Pulau Gorom adalah pulau tidak berpenghuni yang hanya berisi pohon pala. Mereka menunggu di pulau itu menunggu perintah infiltrasi. Pada bulan April 1962, perintah untuk mendarat di Fak-Fak datang, dan segera dipersiapkan perahu kecil untuk melakukan pendaratan. Misi pendaratan ini bukan pendaratan ampibi, melainkan infiltrasi sehingga perahu pun disamarkan dengan perahu nelayan.
Jarak antara Pulau Gorom dengan daratan Fak-Fak hanya 4 jam pelayaran, sehingga tidak dibutuhkan waktu lama untuk sampai di daratan Fak-Fak. 60 pasukan Menpor mendarat di Fak-Fak pada pukul 03.00 pagi. Pasukan ini mendapatkan “sambutan hangat” dari Angkatan Laut Kerajaan Belanda, berupa tembakan meriam dari arah lautan. Rupanya penyusupan tersebut diketahui oleh AL Belanda. Tembakan kanon dari kapal AL Belanda mengenai garis pantai sehingga pasukan kocar-kacir.
Mereka juga tidak mampu membalas karena hanya membawa senjata ringan AR 15 dan granat tangan. Pertempuran yang tidak seimbang itu hanya berlangsung beberapa menit, namun segera diketahui akibatnya. 20 anggota Menpor salah arah dan langsung menuju markas musuh, mereka akhirnya ditawan. 40 sisanya terpencar tidak karuan.
Pasukan Menpor yang terpecah itu kemudian kehilangan kontak karena semua peralatan komunikasi rusak akibat pemboman. Masing-masing kelompok terpecah menjadi 4 sampai 8 orang dan berasal dari regu yang berbeda-beda. Mereka kehilangan kontak dengan pasukan induk, tidak mempunyai dukungan logistic dan berada di daerah lawan. Hampir semua anggota Menpor yang berada dalam situasi itu, ketika diwawancarai yakin bahwa mereka pasti mati. Perintah dari komandan operasi pasukan Menpor tidak boleh menembak kecuali dalam kondisi tidak bisa menghindari musuh.
Pasukan yang tercerai berai itu masih “dihadiahi” Belanda dengan pemboman dari laut dan tembakan senapan mesin dari pesawat tempur/ Ajun Brigadir Wagiyo mengingat saat itu, sebagai jam tanda bangun pagi yaitu suara meriam dan mereka harus segera mencari perlindungan. Pesawat tempur yang terbang rendah (waktu itu Belanda masih menggunakan pesawat baling-baling) adalah gangguan lain yang memaksa pasukan Menpor bersembunyi dengan baik.

Ajun Brigadir Kartimin mengingat, pada saat itu sering keliru mengira pesawat Belanda sebagai pesawat dari TNI AU yang menerjunkan logistic. Ia menunggu makanan yang datang adalah peluru senapan mesin dan kadang-kadang roket udara ke darat.

Logistik dari TNI AU sebenarnya sering datang, namun lokasi penerjunan logistic lebih dekat ke wilayah musuh daripada di hutan.
Pasukan Menpor yang ditawan Belanda mempunyai “kesibukan” sendiri, setiap pagi mereka harus melakukan senam militer dan kadang-kadang senam tersebut dilakukan semakin mendekati garis pantai. Mereka harus bersenam sambil melakukan gaya injak-injak air.

Beberapa anggota Menpor yang terpencar sempat kepergok oleh patroli AD

Belanda dan terjadi kontak senjata. Pasukan Menpor tersebut bisa menewaskan 11 anggota pasukan Infanteri Belanda dan seorang perwira infanteri berpangkat Letnan Dua.
Setelah melakukan kontak mereka segera bersembunyi untuk menghindari kejaran pasukan yang lebih besar. Pasukan Menpor akhirnya bisa melakukan konsolidasi setelah gencatan senjata disepakati pada Bulan Mei 1962. Pasukan akhirnya dikonsolidasikan dan ditarik ke kapal perang milik TNI AL. Sebagian besar anggota Menpor yang belum sempat kontak senjata dengan Belanda merasa kecewa karena amunisi yang mereka bawa belum sempat dipergunakan, padahal mereka sudah  merasakan hantaman meriam dan roket Belanda.
Mereka juga beranggapan sangat tidak enak menjadi buruan musuh, karena pada operasi militer sebelumnya mereka selalu memburu musuh.

halal bi halal anggota den b pelopor



Kegiatan Binrohtal



Telephone

(054) 126 0241

Alamat Kami


Jalan Sultan Hasanudin Rt. 17, Kel. Baqa Kec. Samarinda Sebrang Mako Den B Pelopor Samarinda, Kalimantan Timur.

Profil Dan Sejarah Detasemen B Pelopor Satbrimob Kalimantan timur






SEJARAH DETASEMEN B PELOPOR
1.      Relokasi Kompi 2 Yon “A” Satbrimob Daerah Kaltim ke Samarinda
Pada Tahun 1998 realisasi validasi Satuan Brimob Daerah Kaltim dari tipe “C” ke tipe “B” dilaksanakan oleh Dansat Brimobda Kaltim LETKOL POL Drs. H. MERDEKANSYAH. Berdasarkan Surat Keputusan Kapolda Kaltim No Pol : Kep/88/V/1998 tanggal 4 Mei 1998 tentang pembentukan Kompi Samarinda Satbrimobda Kaltim yang berkedudukan di Samarinda Seberang, maka realisasi relokasi Kompi 2 Yon “A” Satbrimob Daerah Kaltim ke Samarinda dilaksanakan.
Untuk menjaga stabilitas Kamtibmas di wilayah hukum Ibu kota Samarinda, maka Personil Kompi 2 Yon “A” Satbrimobda Kaltim secara bertahap digeser ke Mako Kompi Brimob Samarinda yaitu pada akhir Desember 1998 (10 personil), Mei 1999 (30 Personil), Maret 2000 (30 Personil) Bintara remaja Brimob dan pada Nopember 2000 digeser 30 Personil Bintara dan Tamtama Remaja Brimob sehingga Kompi Brimob Samarinda berjumlah 130 personil dan sebagai Komandan Kompi adalah LETTU POL PAULUS WARSINO. Dengan adanya pergeseran personil ini maka terlaksanalah Kompi 2 Yon “A” Satbrimobda Kaltim direlokasi dan berkedudukan di Samarinda Seberang.

2.      Pembentukan Batalyon B Fudut Luk Matu
Tahun 2000 dilaksanakan Validasi Polda Kaltim dari status Tipe “B” menjadi Tipe “A”, maka status Satbrimobda Kaltim juga divalidasi dari Tipe “B” menjadi Tipe “A” termasuk pangkat pejabat Dansat Brimob divalidasi dari pangkat Superintendent menjadi berpangkat Komisaris Besar Polisi. Tanggal 16 Nopember 2000 serah terima Jabatan Dansat Brimob Daerah Kaltim dari pejabat lama SUPERINTENDENT Drs. ROBBY KALIGIS Kepada pejabat baru KOMBES POL Drs. DAHMAN PRIYATNA, SH.
Tahun 2001 Dansatbrimobda Kaltim KOMBES POL Drs. DAHMAN PRIYATNA, SH melaksanakan realisasi validasi Satbrimobda Kaltim dari status tipe “B” menjadi status Tipe “A” dan membentuk 3 Batalyon yaitu Batalyon “A”, Batalyon “B” dan Batalyon “C” Satbrimobda Kaltim. Batalyon “B” berkedudukan di Kota Samarinda dengan Lambang Tunggul “FUDUT LUK MATU” bermakna “PERBUATAN YANG BAIK” dan gambar lambangnya adalah “IKAN PESUT” (Ikan Lumba – lumba air tawar yang hidup di Sungai Mahakam), Batalyon “B” Fudut Luk Matu selanjutnya disingkat Yon B/FLM. Kompi 2 Yon “A” Satbrimobda Kaltim yang berkedudukan di Samarinda Seberang dilebur menjadi Kompi 1 dan Kompi 2 Batalyon “B” Fudut Luk Matu Satbrimobda Kaltim dengan Komandan Batalyon KOMPOL Drs. M. SIDIQ PRABOWO. Tahun 2001 menerima 16 personil dari Satbrimobda Kaltim.
Bulan Agustus 2002 Dansat Brimobda Kaltim KOMBES POL Drs. ARIE SULISTIYO mendapat kepercayaan melaksanakan tugas BKO di Polda NAD maka Danyon B/FLM KOMPOL Drs. M. SIDIQ PRABOWO mendapat perintah tugas sebagai WS. Dansat Brimobda Kaltim dan jabatan Danyon B/FLM sementara dipercayakan kepada Kapuskodalops Polresta Samarinda KOMPOL GATOT, S.IK dan sebagai Wadanyon B/FLM AKP TORY KRISTIANTO, S.IK.

3.      Liquidasi Batalyon B/FLM menjadi Kompi 5 dan 6 Pelopor
Tahun 2003 Satuan Brimob Daerah Kaltim yang terdiri dari 3 Batalyon di liquidasi menjadi 8 Kompi Pelopor. Kompi 5 dan 6 Pelopor Satbrimobda Kaltim berkedudukan di Kota Samarinda dengan wilayah penugasan Kabupaten Kota Samarinda, Kabupaten Kota Bontang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Kutai Barat.
Disamping dilaksanakan liquidasi 3 Batalyon di Satbrimob Daerah Kaltim juga dilaksanakan restrukturisasi sebutan nama Kesatuan dan Pimpinan Kesatuan yaitu Satuan Brimob Daerah Kaltim menjadi Satuan Brimob Polda Kaltim dan Komandan Satuan Brimob Daerah Kaltim (DANSAT) menjadi Kepala Satuan Brimob Polda Kaltim (KASAT). Pada tahun yang sama juga Pimpinan Satuan Brimob diserahterimakan dari pejabat lama Dansat Brimob Daerah Kaltim KOMBES POL. Drs. ARIE SULISTYO kepada pejabat baru Kasat Brimob Polda Kaltim AKBP DrS. ARIF WACHYUNADI.
Untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan dalam pelaksanaan tugas di lapangan maka atas kebijaksanaan Kasat Brimob Polda Kaltim dibentuklah Perwira Koordinator (Pakor) yang dijabat oleh seorang Perwira berpangkat Pamen dan yang menjadi Pakor pertama di Kompi 5 dan 6 Pelopor adalah KOMPOL Drs. M. SIDIQ PRABOWO sampai dengan tahun 2004. Selanjutnya periode tahun 2004 sampai dengan 2007 Pakor dijabat oleh KOMPOL TORY KRISTIANTO, S.IK dan periode tahun 2007 sampai dengan 2008 Pakor dijabat oleh KOMPOL ASEP SAEPUDDIN, S.IK.


4.      Relokasi Kompi 4 Pelopor ke Samarinda

Perubahan dan perkembangan reformasi birokrasi serta pelaksanaan Undang-undang HAM berakibat timbulnya banyak kegiatan unras massa baik damai maupun anarkis dengan berbagai tuntutan. Menghadapi situasi kontijensi seperti ini dibutuhkan kecepatan bergerak dan jumlah personil yang besar untuk menanggulangi, mengawal, mengamankan dan memulihkan situasi kamtibmas. Tingginya tugas operasional
                        
5.      Wilayah penugasan yang menjadi tanggung jawab kompi 5 dan 6 Pelopor dengan jumlah personil yang minim dan terbatas maka Kasat Brimob Polda Kaltim KOMBES POL. Drs. HANDONO WARIH mengambil kebijakan melaksanakan realisasi relokasi Kompi 4 Pelopor dari Balikpapan ke Samarinda sehingga di Mako Brimob Samarinda menjadi 3 Kompi Pelopor. Pada tanggal 22 Desember 2008 pejabat Danki 4 Pelopor AKP MUJIANTO, S.IK, pejabat Danki 5 Pelopor AKP ESTY S NUGROHO, S.IK dan pejabat Wadanki 6 Pelopor IPDA PAULUS KABELEN dikukuhkan oleh Kasat Brimob Polda Kaltim KOMBES POL. Drs. HANDONO WARIH berdasarkan Surat Perintah Kasat Brimob Polda Kaltim No. Pol : Sprin/1134/XII/2008 tanggal 22 Desember 2008 tentang realisasi relokasi Kompi 4 Pelopor dan pengukuhan pejabat Kompi 4, 5 dan 6 Pelopor Satbrimob Polda Kaltim di Samarinda.
Agar pelaksanaan tugas operasional terarah, cepat dan tepat sasaran maka Kebijakan Kasat Brimob Polda Kaltim mengangkat Seorang Liasion Officer sebagai Perwira Penghubung (Pabung) untuk mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan tugas operasional yang dilaksanakan oleh Kompi 4, 5 dan 6 Pelopor. Sehingga pada bulan Februari 2009 KOMPOL ROBBY M SAMBAN, S.IK diangkat dan diperintahkan menjadi Pabung pertama Kompi 4, 5 dan 6 Pelopor.

6.      Pembentukan Detasemen B Pelopor
PROFIL DETASEMEN B PELOPOR
1. GEOGRAFIS
a)     LUAS : 5 Ha
Sesuai Surat Nomor : 593/827/BP.III.98
tanah milik Pemda Tingkat I yang dipinjamkan pada tanggal 28 Juni 1998
b)     Batas Wilayah
Utara = JL. SULTAN HASANUDDIN
Timur = PEMAKAMAN
Barat = PDAM
Selatan = TANAH KOSONG

Detasemen B Pelopor Satuan Brimob Polda Kaltim di kukuhkan pada tanggal 31 Januari 2011 berdasarkan Sprin Kasat Brimob Polda Kaltim Nomor : Sprin/42/I/2012. Yang beranggotakan 217 Personil Detasemen B Pelopor dan 11 Personil Subden 3 Detasemen Gegana yang di pimpin oleh Komisaris Polisi Dearystone MHR Supit, S.IK. Detasemen B Pelopor terdiri dari 4 Subden yang mana masing masing Subden dipimpin oleh seorang Perwira, diantaranya: Iptu Poltak YP Simbolon sebagai Kasubden 1 Pelopor, Iptu Jenny CH Sumanti, S.Sos sebagai Kasubden 2 Pelopor, Iptu Paulus Kabelen sebagai Kasubden 3 dan Ipda Suyoto sebagai Wakasubden 4 Pelopor. Dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari Kepala Detasemen dibantu oleh beberapa Staf diantaranya Pa Urtu yang bertanggung jawab terhadap surat menyurat, Plh. Pasi Ops yang bertanggung jawab terhadap kegiatan Operasional sehari-hari Detasemen B Pelopor, Plh. Pasi Min yang bertanggung jawab terhadap administrasi personil Detasemen B Pelopor, Plh. Pasi Sarpras yang bertanggung jawab terhadap sarana dan prasarana dinas dalam mendukung tugas yang dibebankan kepada
Detasemen B Pelopor.
Personil Detasemen B yang telah menikah sebanyak 198 Personil dan 29 Personil masih bujang. Dari 228 Personil, sebanyak 127 Personil tinggal didalam asrama dan yang diluar asrama 101 personil.
·          INFRASTRUKTUR
Detasemen B Pelopor telah banyak mengalami perubahan diantaranya infrastruktur bangunan dan jalan di dalam asrama yang kini sudah lebih baik. Pada asrama untuk personil yang sudah berkeluarga sebanyak 49 Unit, 3 Barak Bujang serta 2 Barak yang sudah dirombak menjadi barak keluarga dan dihuni oleh 24 Kepala Keluarga. Dimulai pada tahun 2011 pembangunan rumah dinas ditingkatkan yaitu tipe 48 sebanyak 6 unit,dan tipe 45 sebanyak 15. unit.
Tidak berhenti disitu saja Kepala Detasemen B Pelopor Kompol Dearystone MHR Supit, S.ik sedang melaksanakan pengawasan pembangunan 20 Unit Rumah tipe 48 yang sedang dalam proses, Pembangunan terjadi juga pada iinfrastruktur lain seperti pembangunan Aula, TK, Pemugaran Masjid, dan perluasan garasi kendaraan dinas. Untuk kenyamanan tugas jaga Kesatrian Penjagaan Brimob pun tak luput dari pemugaran termasuk taman dan Lapangan Apel.
Untuk memelihara kemampuan utama personil, sarana latihan pun dipenuhi diantaranya Lapangan Tembak, dan aula sebagai tempat penyampaian Teori Latihan. Untuk memelihara kebugaran jasmani personil Detasemen B Pelopor sarana olahraga juga disiapkan diantaranya Lapangan Sepak Bola dan bola Volly

·      ARTI LAMBANG TUNGGUL DETASEMEN B PELOPOR
Pada tahun 2011 berdasarkan Keputusan Kapolda Kaltim nomor : KEP/69/II/2011 tanggal 11 Februari 2011 tentang arti lambang kesatuan tunggul Detasemen – Detasemen Satbrimob Polda kaltim, maka ditetapkan nama tunggul Detasemen Satbrimob Polda Kaltim adalah sebagai berikut
“ INDERA KARYA SAKTI “
Adapun bentuk, Ukuran , nama dan arti tunggul Detasemen B Pelopor Satbrimob Polda Kaltim adalah sebagai berikut :
Tunggul Detasemen B Pelopor Satbrimob Polda Kaltim adalah “INDERA KARYA SAKTI ”
ü  Bentuk
Sisi kiri Tunggul berisi lambang Dhuaja Satbrimob Polda Kaltim
ü  Warna
Perisai berwarna kuning dengan garis tepi berwarna merah
ü  Gambar
Burung Isit Madu melambangkan kecerdasan dan kemampuan mendeteksi sesuatu yang akan terjadi, memiliki kemampuan terbang untuk menghisap madu dengan waktu yang cukup lama dan tetap stabil, fokus pada satu titik, melambangkan kekuatan dan kesaktian yang dapat bermanfaat bagi sesama.
ü  Bulu ekor
berjumlah 8 yang melambangkan 8 penjuru angina
ü  Bulu Sayap
ü  berjumlah 14 dan 11 yang melambangkan tanggal dan bulan terbentuknya KorpS Brimob

“ INDERA KARYA SAKTI “ mempunyai arti bahwa sebagai insan bhayangkara sejati, setiap anggota Brimob Detasemen B senantiasa bekerja secara maksimal tanpa mengenal lelah dan tanpa pamrih untuk mengabdikan diri kepada masyarakat, serta mampu untuk mendeteksi secara dini kemungkinan munculnya gangguan kamtibmas, sehingga dapat dilakukan tindakan antisipatif dengan tetap menjunjung tinggi profesionalisme guna melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, dan hak asasi manusia, sebagaimana tekad yang tertuang dalam motto pengabdian “ JIWA RAGAKU DEMI KEMANUSIAAN “.